Mengapa
Penemuan Gulungan-gulungan Kitab di Qumran Mempunyai Arti Penting Bagi Dunia
Kitab Suci?
Penemuan gulungan-gulungan kitab di
Qumran merupakan penemuan yang penting bagi dunia arkeologi dan secara khusus
bagi dunia Kitab Suci. Sejak diumumkan untuk pertama kalinya mengenai
keberadaan gulungan-gulungan kitab di Qumran itu penelitian di daerah penemuan
semula terus dilakukan. Hal itu juga memunculkan debat ilmiah tentang asal-usul
dan pentingnya penemuan tersebut. Ada beberapa hal yang nampak kontroversial,
tetapi ada juga yang kebenarannya sudah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Ada empat alasan yang bisa
dikemukakan mengapa penemuan gulungan-gulungan kitab di Qumran itu penting
artinya bagi dunia Kitab Suci. Alasan-alasan itu antara lain:
1. Ditemukannya salinan-salinan dari
Perjanjian Lama
Di dalam gulungan-gulungan penemuan
di Qumran itu terdapat sejumlah besar gulungan-gulungan dan fragmen-fragmen
yang memuat salinan dari tulisan-tulisan yang terdapat dalam kanon
tulisan-tulisan Ibrani yang baru dibakukan kira-kira tahun 200 M. Inilah
tulisan-tulisan yang dalam peristilahan Kristiani biasa disebut “Perjanjian
Lama”. Dari salinan-salinan itu hanya kitab Ester dan kitab Nehemia yang tidak
diwakili dengan salinan di Qumran. Ada sejumlah kitab yang salinanya cukup
banyak yaitu kitab Mazmur dengan 36 salinan, kitab Ulangan dengan 29 salinan,
dan kitab Yesaya dengan 21 salinan.[1]
Menurut Dr. Bryan Wood, seorang
arkeolog dari Associate for Biblical
Research gulungan-gulungan kitab yang ditemukan di dekat laut mati itu
memberikan pengaruh paling besar pada Alkitab. Menurutnya gulungan-gulungan
tersebut memberikan manuskrip Perjanjian Lama yang berusia 1000 tahun lebih tua
dari manuskrip tertua yang pernah dimiliki sebelumnya. Gulungan-gulungan itu
memperlihatkan bahwa Perjanjian Lama disalin dengan akurat selama selang waktu
tersebut. Sebagai tambahan, gulungan tersebut juga memberikan banyak informasi
mengenai era menjelang dan selama kedatangan Kristus.[2]
Teks yang nampak dalam
salinan-salinan kitab di Qumran itu seringkali membenarkan bacaan-bacaan yang
terdapat di dalam Teks Masoretis (MT) pada abad-abad pertengahan. Tetapi, teks
yang nampak dalam salinan-salinan di Qumran itu lebih bersesuaian dengan
bacaan-bacaan di dalam Pentateukh Samaria atau di dalam Septuaginta, terjemahan
Yunani kuno. Sehubungan dengan yang terakhir, salinan-salinan Qumran itu
membuktikan bahwa terjemahan Septuaginta dilakukan dengan seksama, kendatipun
para penerjemah menggunakan resensi (readaksi) dari kitab-kitab tertentu yang
berbeda dari resensi yang tercermin di dalam Teks Masoretis.[3]
2. Ditemukannya bahan yang bisa
dipakai untuk penelitian sejarah teks Tanakh
Di dalam gua-gua Qumran terdapat
juga sejumlah tefilin (atau phylacteries) dan mezuzot. Keduanya merupakan salinan-salinan atas ayat-ayat Torah
seperti Kel. 12:43-13:16 dan Ul. 5:1-6:9 atau 10:12-11:21. Ayat-ayat tersebut
ditulis pada sepotong kulit kecil kemudian diletakkan ke dalam suatu tempat
kecil yang dapat diikat pada lengan dan dahi (tefilin) dan dipasang pada tiang pintu rumah (mezuzot). Bahan-bahan ini bisa dimanfaatkan dalam penelitian
mengenai sejarah teks Tanakh.[4]
3.
Ditemukannya
salinan beberapa bagian dari Kitab Deuterokanonika dengan Bahasa yang berbeda
dari penemuan sebelumnya.
Di dalam penemuan Qumran itu
terdapat salinan-salinan sejumlah tulisan dari kitab-kitab Deuterokanonika yang
sebenarnya dihargai oleh masyarakat Yahudi tetapi tidak diterima di dalam kitab
Tanakh ketika kitab ini dibakukan. Salinan-salinan itu antara lain: kitab Tobit,
Sirakh dan Surat Yeremia (Barukh 6). Sebelum penemuan di Qumran,
salinan-salinan terkuno dari Tobit hanya ada dalam Bahasa Yunani. Tetapi
sekarang berkat penemuan di Qumran itu terdapat empat salinan Tobit dalam
Bahasa Aram dan satu dalam Bahasa Ibrani. Sampai dengan abad keduapuluh ini
kitab Sirakh hanya tersedia dalam terjemahan Bahasa Yunani. Berkat
penemuan-penemuan di Kairo, di Masada (Palestina) dan di Qumran sudah tersedia
fragmen-fragmen kitab Sirakh dalam Bahasa Ibrani. Di Qumran terdapat juga satu
tulisan dari surat Yeremia yang memakai Bahasa Yunani yang merupakan Bahasa aslinya.[5]
4.
Terdapat
bukti bahwa penerjemahan ke dalam Bahasa Aram sudah dilakukan pada waktu
tulisan-tulisan di Qumran dibuat.
Sebagian dari salinan-salinan yang
ditemukan di Qumran merupakan salinan-salinan dari Targum, yaitu terjemahan –terjemahan ke dalam Bahasa Aram yang
waktu itu menjadi Bahasa sehari-hari Palestina terutama selama kurun waktu
naskah-naskah Qumran itu dibuat[6].
Semula terjemahan-terjemahan semacam ini hanya ada dalam bentuk lisan yaitu
terjemahan yang langsung diupayakan sesudah bacaan dalam Bahasa Ibrani waktu
ibadah di Sinagoga. Tetapi kemudian terjemahan-terjemahan itu dituliskan.[7]
Daftar
Pustaka:
Sumber Buku:
Haskin, W Richard. Sumbangan Naskah Qumran Bagi Pendidikan Teologi di Indonesia (ditulis
dalam rangka Orasi Dies Natalis ke-62 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 27
September 1996). Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi.
Sumber Internet:
Will, Varner. ’’Seberapa Pentingkah Naskah-naskah
Laut Mati’’. http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a023i.html.
Diunduh pada tanggal 5 September 2013.
[1] Waskin, W Richard. Sumbangan Naskah Qumran Bagi Pendidikan
Teologi di Indonesia (ditulis dalam rangka Orasi Dies Natalis ke-62 Sekolah
Tinggi Teologi Jakarta, 27 September 1996). Jakarta: Sekolah Tinggi
Teologi. Hal. 12-13.
[2]Will, Varner.
’’Seberapa Pentingkah Naskah-naskah Laut Mati’’. http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a023i.html.
Diunduh pada tanggal 5 September 2013.
[3] Richard W. Haskin. Sumbangan Naskah Qumran Bagi Pendidikan
Teologi di Indonesia (ditulis dalam rangka Orasi Dies Natalis ke-62 Sekolah
Tinggi Teologi Jakarta, 27 September 1996). Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi.
1996, hlm 13.
[4]Richard, Sumbangan, hlm 13-14.
[5]Richard, Sumbangan, hlm 14.
[6] Berkaitan dengan
waktu naskah-naskah Qumran dibuat ahli arkeologi terkemuka William F. Albright
mengatakan bahwa naskah-naskah Qumran ini berasal dari periode antara 200 SM
sampai 200 M. ( Will, Seberapa, http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a023i.html.
Diunduh pada tanggal 5 September 2013).
[7] Richard, Sumbangan, hlm 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar