Kamis, 17 Oktober 2013

mengenal Kitab Suci dari penemuan Teks Qumran





Mengapa Penemuan Gulungan-gulungan Kitab di Qumran Mempunyai Arti Penting Bagi Dunia Kitab Suci?

Penemuan gulungan-gulungan kitab di Qumran merupakan penemuan yang penting bagi dunia arkeologi dan secara khusus bagi dunia Kitab Suci. Sejak diumumkan untuk pertama kalinya mengenai keberadaan gulungan-gulungan kitab di Qumran itu penelitian di daerah penemuan semula terus dilakukan. Hal itu juga memunculkan debat ilmiah tentang asal-usul dan pentingnya penemuan tersebut. Ada beberapa hal yang nampak kontroversial, tetapi ada juga yang kebenarannya sudah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Ada empat alasan yang bisa dikemukakan mengapa penemuan gulungan-gulungan kitab di Qumran itu penting artinya bagi dunia Kitab Suci. Alasan-alasan itu antara lain:
1.      Ditemukannya salinan-salinan dari Perjanjian Lama
Di dalam gulungan-gulungan penemuan di Qumran itu terdapat sejumlah besar gulungan-gulungan dan fragmen-fragmen yang memuat salinan dari tulisan-tulisan yang terdapat dalam kanon tulisan-tulisan Ibrani yang baru dibakukan kira-kira tahun 200 M. Inilah tulisan-tulisan yang dalam peristilahan Kristiani biasa disebut “Perjanjian Lama”. Dari salinan-salinan itu hanya kitab Ester dan kitab Nehemia yang tidak diwakili dengan salinan di Qumran. Ada sejumlah kitab yang salinanya cukup banyak yaitu kitab Mazmur dengan 36 salinan, kitab Ulangan dengan 29 salinan, dan kitab Yesaya dengan 21 salinan.[1]
Menurut Dr. Bryan Wood, seorang arkeolog dari Associate for Biblical Research gulungan-gulungan kitab yang ditemukan di dekat laut mati itu memberikan pengaruh paling besar pada Alkitab. Menurutnya gulungan-gulungan tersebut memberikan manuskrip Perjanjian Lama yang berusia 1000 tahun lebih tua dari manuskrip tertua yang pernah dimiliki sebelumnya. Gulungan-gulungan itu memperlihatkan bahwa Perjanjian Lama disalin dengan akurat selama selang waktu tersebut. Sebagai tambahan, gulungan tersebut juga memberikan banyak informasi mengenai era menjelang dan selama kedatangan Kristus.[2]
Teks yang nampak dalam salinan-salinan kitab di Qumran itu seringkali membenarkan bacaan-bacaan yang terdapat di dalam Teks Masoretis (MT) pada abad-abad pertengahan. Tetapi, teks yang nampak dalam salinan-salinan di Qumran itu lebih bersesuaian dengan bacaan-bacaan di dalam Pentateukh Samaria atau di dalam Septuaginta, terjemahan Yunani kuno. Sehubungan dengan yang terakhir, salinan-salinan Qumran itu membuktikan bahwa terjemahan Septuaginta dilakukan dengan seksama, kendatipun para penerjemah menggunakan resensi (readaksi) dari kitab-kitab tertentu yang berbeda dari resensi yang tercermin di dalam Teks Masoretis.[3]

2.      Ditemukannya bahan yang bisa dipakai untuk penelitian sejarah teks Tanakh
Di dalam gua-gua Qumran terdapat juga sejumlah tefilin (atau phylacteries) dan mezuzot. Keduanya merupakan salinan-salinan atas ayat-ayat Torah seperti Kel. 12:43-13:16 dan Ul. 5:1-6:9 atau 10:12-11:21. Ayat-ayat tersebut ditulis pada sepotong kulit kecil kemudian diletakkan ke dalam suatu tempat kecil yang dapat diikat pada lengan dan dahi (tefilin) dan dipasang pada tiang pintu rumah (mezuzot). Bahan-bahan ini bisa dimanfaatkan dalam penelitian mengenai sejarah teks Tanakh.[4]

3.      Ditemukannya salinan beberapa bagian dari Kitab Deuterokanonika dengan Bahasa yang berbeda dari penemuan sebelumnya.
Di dalam penemuan Qumran itu terdapat salinan-salinan sejumlah tulisan dari kitab-kitab Deuterokanonika yang sebenarnya dihargai oleh masyarakat Yahudi tetapi tidak diterima di dalam kitab Tanakh ketika kitab ini dibakukan. Salinan-salinan itu antara lain: kitab Tobit, Sirakh dan Surat Yeremia (Barukh 6). Sebelum penemuan di Qumran, salinan-salinan terkuno dari Tobit hanya ada dalam Bahasa Yunani. Tetapi sekarang berkat penemuan di Qumran itu terdapat empat salinan Tobit dalam Bahasa Aram dan satu dalam Bahasa Ibrani. Sampai dengan abad keduapuluh ini kitab Sirakh hanya tersedia dalam terjemahan Bahasa Yunani. Berkat penemuan-penemuan di Kairo, di Masada (Palestina) dan di Qumran sudah tersedia fragmen-fragmen kitab Sirakh dalam Bahasa Ibrani. Di Qumran terdapat juga satu tulisan dari surat Yeremia yang memakai Bahasa Yunani yang merupakan Bahasa aslinya.[5]

4.      Terdapat bukti bahwa penerjemahan ke dalam Bahasa Aram sudah dilakukan pada waktu tulisan-tulisan di Qumran dibuat.
Sebagian dari salinan-salinan yang ditemukan di Qumran merupakan salinan-salinan dari Targum, yaitu terjemahan –terjemahan ke dalam Bahasa Aram yang waktu itu menjadi Bahasa sehari-hari Palestina terutama selama kurun waktu naskah-naskah Qumran itu dibuat[6]. Semula terjemahan-terjemahan semacam ini hanya ada dalam bentuk lisan yaitu terjemahan yang langsung diupayakan sesudah bacaan dalam Bahasa Ibrani waktu ibadah di Sinagoga. Tetapi kemudian terjemahan-terjemahan itu dituliskan.[7]









Daftar Pustaka:
Sumber Buku:
Haskin, W Richard. Sumbangan Naskah Qumran Bagi Pendidikan Teologi di Indonesia (ditulis dalam rangka Orasi Dies Natalis ke-62 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 27 September 1996). Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi.

Sumber Internet:
Will, Varner. ’’Seberapa Pentingkah Naskah-naskah Laut Mati’’. http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a023i.html. Diunduh pada tanggal 5 September 2013.



[1] Waskin, W Richard. Sumbangan Naskah Qumran Bagi Pendidikan Teologi di Indonesia (ditulis dalam rangka Orasi Dies Natalis ke-62 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 27 September 1996). Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi. Hal. 12-13.
[2]Will, Varner. ’’Seberapa Pentingkah Naskah-naskah Laut Mati’’. http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a023i.html. Diunduh pada tanggal 5 September 2013.
[3] Richard W. Haskin. Sumbangan Naskah Qumran Bagi Pendidikan Teologi di Indonesia (ditulis dalam rangka Orasi Dies Natalis ke-62 Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 27 September 1996). Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi. 1996, hlm 13.
[4]Richard, Sumbangan, hlm 13-14.
[5]Richard, Sumbangan, hlm 14.
[6] Berkaitan dengan waktu naskah-naskah Qumran dibuat ahli arkeologi terkemuka William F. Albright mengatakan bahwa naskah-naskah Qumran ini berasal dari periode antara 200 SM sampai 200 M. ( Will, Seberapa, http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a023i.html. Diunduh pada tanggal 5 September 2013).
[7] Richard, Sumbangan, hlm 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar